Penyebab kematian jamaah haji Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh cardiovascular
atau gangguan jantung. Penyakit tersebut diprediksi masih menjadi musuh
utama pada prosesi ibadah Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) yang tinggal
beberapa hari lagi.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Muchtaruddin Mansur mengatakan kasus-kasus di Arafah-Mina terkait kondisi cuaca kemungkinan hampir sama dengan kasus-kasus yang terjadi di Madinah ataupun Makkah. Dia mengatakan sebanyak 80 persen kasus kematian jamaah disebabkan oleh penyakit gangguan jantung. "Kebanyakan karena penyakit jantung yang sudah bawaan dari Tanah Air," katanya.
Per tanggal 31 Agustus, data jumlah kematian jamaah Indonesia sudah mencapai 40 orang. Sebanyak 31 kasus disebabkan oleh penyakit gangguan jantung.
Muchtaruddin mengatakan cuaca panas, dehidrasi dan aktivitas fisik membuat jantung bekerja lebih keras. Ketika terus dipaksakan bekerja, jantung akhirnya mengalami gagal kerja dan akhirnya menyebabkan kematian."Itu termasuk penyakit kencing manis, penyakit ginjal serta pernafasan dengan dasar risiko tinggi," katanya.
Dia menjelaskan jamaah risiko tinggi yang mencapai 67 persen, penyakit risiko tingginya berpotensi kambuh ketika diterpa cuaca ekstrem. Potensi penyakit lainnya selama prosesi ibadah haji dan umroh adalah cidera yang dipicu penggunaan eskalator yang tidak semestinya.
"Eskalator merupakan fasilitas yang sangat membantu, asalkan cermat penggunaannya. Tapi, eskalator ini juga memiliki potensi lain yang bisa sebabkan jamaah mengalami cidera," kata Muchtaruddin.
Penyakit potensial lainnya di Armina adalah penyakit yang disebabkan oleh cuaca panas seperti heatstroke. Lainnya adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti penyakit akibat gigitan nyamuk atau binatang serangga lainnya.
Dia mengataka beberapa waktu lalu WHO telah mengingatkan disamping Mers-CoV yang memang merupakan ancaman, ada juga zika yang juga merupakan ancaman baru. "Zika sangat besar kemungkinannya ketika kita lihat jenis nyamuknya yang berpotensi dapat menularkan penyakit," uj
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Muchtaruddin Mansur mengatakan kasus-kasus di Arafah-Mina terkait kondisi cuaca kemungkinan hampir sama dengan kasus-kasus yang terjadi di Madinah ataupun Makkah. Dia mengatakan sebanyak 80 persen kasus kematian jamaah disebabkan oleh penyakit gangguan jantung. "Kebanyakan karena penyakit jantung yang sudah bawaan dari Tanah Air," katanya.
Per tanggal 31 Agustus, data jumlah kematian jamaah Indonesia sudah mencapai 40 orang. Sebanyak 31 kasus disebabkan oleh penyakit gangguan jantung.
Muchtaruddin mengatakan cuaca panas, dehidrasi dan aktivitas fisik membuat jantung bekerja lebih keras. Ketika terus dipaksakan bekerja, jantung akhirnya mengalami gagal kerja dan akhirnya menyebabkan kematian."Itu termasuk penyakit kencing manis, penyakit ginjal serta pernafasan dengan dasar risiko tinggi," katanya.
Dia menjelaskan jamaah risiko tinggi yang mencapai 67 persen, penyakit risiko tingginya berpotensi kambuh ketika diterpa cuaca ekstrem. Potensi penyakit lainnya selama prosesi ibadah haji dan umroh adalah cidera yang dipicu penggunaan eskalator yang tidak semestinya.
"Eskalator merupakan fasilitas yang sangat membantu, asalkan cermat penggunaannya. Tapi, eskalator ini juga memiliki potensi lain yang bisa sebabkan jamaah mengalami cidera," kata Muchtaruddin.
Penyakit potensial lainnya di Armina adalah penyakit yang disebabkan oleh cuaca panas seperti heatstroke. Lainnya adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti penyakit akibat gigitan nyamuk atau binatang serangga lainnya.
Dia mengataka beberapa waktu lalu WHO telah mengingatkan disamping Mers-CoV yang memang merupakan ancaman, ada juga zika yang juga merupakan ancaman baru. "Zika sangat besar kemungkinannya ketika kita lihat jenis nyamuknya yang berpotensi dapat menularkan penyakit," uj