Setiap orang boleh saja punya impian selangit. Boleh saja ingin rumah mewah, mobih mewah, istri cantik, pesawat terbang pribadi, bonus ratusan juta rupiah, atau sejumlah investasi di berbagai bidang usaha. Itu semua bisa tercapai, asal Anda mau mengubah cara berpikir. Sebab, seperti kata Dr.William James, father of America Psycology, seseorang dapat mengubah hidupnya hanya dengan mengubah cara berpikirnya.
Kisah Hellen Keller, mungkin bias dijadikan acuan, Ia sejak usia 19 bulan kehilangan penglihatan dan pendengarannya. Tapi tidak membuatnya frustasi dan meratapi kekurangan fisiknya. Ia tetap berprilaku layaknya manusia normal, menggunakan segala kemampuannya secara optimal.
Akhirnya, sejarah mencatat, Helen Keller merupakan satu-satunya perempuan buta dan tuli yang mampu menyandang gelar sarjana dari Harvard University, sekaligus guru bagi mereka yang buta dan tuli. Ia menyerukan pada dunia agar mengasihi dan memmbimbing orang-orang cacat.
“Aku berterima kasih kepada Tuhan atas segala kekurangan fisikku. Karena cacat yang aku derita ini, membuat aku berhasil menemukan diriku sendiri, pekerjaan dan Tuhanku,” tutur Helen.
Bukti lain, penelitian dari Harvar University mengenai mereka yang sukses dan terpelajar. Hasilnya, lagi-lagi terletak pada cara berpikir: sikap manusia mempengaruhi kesuksesan maupun kebahagiaan hidup. Ilmuan Harvard menyimpulkan 85 persen kesuksesan individu dipengaruhi oleh sikap, sedangkan kemapuan, atau technical expertise hanya 15 persen.
Andrei Ho, motivator terbaik dari Asia, dalam bukunya yang berjudul “Attitude Dressed for Success” menyebutkan bahwa sikap dan impian saling mempengaruhi. Dari sini menggelinding tiga kategori. Pertama: impian tanpa sikap positif menghasilkan seorang pemimpi semata. Kedua: sikap positif tanpa impian hanya menghasilkan orang yang menyenagkan, tetapi tak sanggup meraih kemajuan. Ketiga: sebuah impian dengan sikap positif menghasilkan seseorang yang tak terbatas potensinya.
Masih dalam bukunya, Andrei Ho menuturkan sikap positif tidaklah muncul begitu saja. Melainkan memerlukan suatu proses dan waktu. Di sini menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap menjadi baik atau buruk, yaitu faktor spiritual, kemampuan bersyukur, aspirasi, kemampuan memvisualisasikan impian.
Karena sifatnya “turun naik”, maka mempertahankan sikat positif bukanlah persoalan mudah. Zig Ziglar mengatakan, memulai sikap yang baih lebih mudah dibandingkan mempertahankan sikap mental positif. Penulis buku “See You At The Top” ini memberi tips singkat untuk mempertahankan sikap positif: berpikir positif + latihan bersikap positif = sikap mental yang positif.
Sikap positif akan mengubah tantangan sebagai peluang, bukan sebagai ancaman. Mereka yang bersikap negatif akan berkata ,”Saya tidak bisa....” atau ”Saya ragu-ragu....” Padahal, setiap kali Anda bersikap positif, kepercayaan diri akan bertambah, kemampuan meraih sukses terbukti, dan paling penting, Anda menyadari bisa sukses.
Sebaliknya, mereka yang bersikap negatif, sebenarnya mengubur kemampuan melihat peluang. Sikap positif akan membuka mata Anda untuk melihat begitu banyak peluang, melihat tantangan sebagai peluang untuk di usahakan. Paling penting, ada tiga hal yang perlu diperhatikan mengenai sikap positif, yang digulirkan oleh Paul J.Mejer.